MASA KEEMASAN ISLAM
MASA KEEMASAN BUKU
(Bagian pertama dari dua tulisan)
Oleh Abdul Hadi W. M.
Harun al-Rasyid (786-813 M) adalah tokoh yang masyhur dalam sejarah Islam. Namanya sebagai khalifah Bani Abbasiyah yang paling terkemuka diabadikan dalam cerita-cerita yang terhimpun dalam Alf Layla wa Layla (Kisah Seribu Satu Malam) Dalam kisah yang masyhur di seluruh dunia itu khalifah al-Rasyid ditampilkan sebagai kepala negara yang adil dan pemurah, serta dekat dengan rakyat. Untuk mengetahui keadaan rakyat yang sebenarnya, tidak jarang dia menyamar sebagai orang biasa pada malam hari dan kemudian menyelidiki keadaan rakyat dari dekat.
Istananya yang megah di tepi Sungai Dajlah atau Tigris tidak hanya ramai dikunjungi para menteri dan tamu-tamu kehormatan, tetapi juga sering menjadi tempat pertemuan keluarga istana dengan para cendekiawan, ulama, penyair, filosof dan seniman. Dalam sejarah, Harun al-Rasyid memang dikenal sebagai pencinta ilmu pengetahuan, sastra dan filsafat, serta pelindung besar perkembangan seni dan penerbitan buku. Begitu pula putranya khalifah al-Makmun (813-847 M). Pada zaman pemerintahan dua sultan inilah dunia penulisan dan penerjemahan buku berkembang pesat, menjadikan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban terbesar di dunia selama beberapa abad.
MASA KEEMASAN BUKU
(Bagian pertama dari dua tulisan)
Oleh Abdul Hadi W. M.
Harun al-Rasyid (786-813 M) adalah tokoh yang masyhur dalam sejarah Islam. Namanya sebagai khalifah Bani Abbasiyah yang paling terkemuka diabadikan dalam cerita-cerita yang terhimpun dalam Alf Layla wa Layla (Kisah Seribu Satu Malam) Dalam kisah yang masyhur di seluruh dunia itu khalifah al-Rasyid ditampilkan sebagai kepala negara yang adil dan pemurah, serta dekat dengan rakyat. Untuk mengetahui keadaan rakyat yang sebenarnya, tidak jarang dia menyamar sebagai orang biasa pada malam hari dan kemudian menyelidiki keadaan rakyat dari dekat.
Istananya yang megah di tepi Sungai Dajlah atau Tigris tidak hanya ramai dikunjungi para menteri dan tamu-tamu kehormatan, tetapi juga sering menjadi tempat pertemuan keluarga istana dengan para cendekiawan, ulama, penyair, filosof dan seniman. Dalam sejarah, Harun al-Rasyid memang dikenal sebagai pencinta ilmu pengetahuan, sastra dan filsafat, serta pelindung besar perkembangan seni dan penerbitan buku. Begitu pula putranya khalifah al-Makmun (813-847 M). Pada zaman pemerintahan dua sultan inilah dunia penulisan dan penerjemahan buku berkembang pesat, menjadikan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban terbesar di dunia selama beberapa abad.