Pangeran Diponegoro naik kuda, mengenakan jubah dan surban, ketika beristirahat bersama pasukannya di bantaran sungai Progo, pada penghujung tahun 1830. Foto: Gahtena.nl |
Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
Apakah Pengeran Diponegoro terbiasa mengenakan sorban (turban)? Pertanyaan ini memang menggeletik sebab akan memancing kontroversi tentang pakaian serban ini yang kini kadang disalahkaprahi sebagai ciri atau lambang yang dilekatkan sebagai ’sosok radikal’ bila dikenakan orang Indonesia masa kini.