Robert Rene Alberts, Sosok Utama di Balik Kesuksesan Arema
Bola.net -
Oleh: Chandra Wijaya
26 Mei 2010 pastinya menjadi hari yang paling diingat bagi semua pendukung Arema Indonesia, karena di saat itulah klub asal kota Malang ini memastikan diri menjadi juara Liga Super Indonesia 2009-2010 meski hanya hasil imbang 1-1 di kandang PSPS Pekanbaru. Tapi tambahan satu angka itu sudah membuat posisi klub berjuluk Singo Edan ini tidak bisa lagi dikejar rivalnya, Persipura Jayapura.
Dengan di musim ini hanya menyisakan satu laga, poin 70 yang dimiliki Arema tak bisa lagi dikejar Persipura yang menguntit di peringkat kedua dengan poin 66. Apa pun hasil pertandingan Persipura lawan Persiwa Wamena di laga pamungkas, Minggu (30/5) tak lagi mampu menghalangi langkah Arema ke tangga juara.
Warga Kota Malang pun langsung menggelar pesta dengan berkeliling kota untuk merayakan keberhasilan tim sepak bola kebanggaan mereka menjadi juara Liga Super Indonesia (ISL) 2009/2010, Rabu malam itu juga. Gelar liga pertama mereka selama 17 tahun setelah gelar yang diraih saat era Galatama yang lalu. Arema juga masih berpeluang besar menambah gelar lagi di ajang Coppa Indonesia, apalagi langkah mereka di ajang ini masih begitu mulus.
Semua kegemilangan prestasi Arema ini tentunya tidak bisa lepas dari sosok seorang Robert Rene Alberts, pelatih mereka saat ini. Dengan peran besarnyalah Arema bisa menjadi setangguh sekarang. Kepandaiannya dalam meramu formasi dan memotivasi pemain menjadi senjata yang cukup ampuh mendongkrak prestasi Singo Edan dalam menaklukkan begitu berat dan panjangnya perjalanan di Liga Super Indonesia.
Melihat kejeniusannya dalam membawa timnya merajai sepak bola Indonesia, pasti banyak yang penasaran untuk mengetahui secara mendalam siapa Robert Rene Alberts itu dan bagaimana perjalanan karirnya dalam dunia sepak bola.
Robert Rene Alberts lahir di kota Amsterdam, Belanda pada tanggal 14 November 1954. Seperti kebanyakan pelatih sepak bola ternama lainnya, dia memulai perjalanannya dalam dunia sepak bola sebagai seorang pemain. Robert mulai menimba ilmu mengolah si kulit bundar di akademi sepak bola Ajax Amsterdam. Dari usia 12 sampai 20 tahun, dia setia memperkuat Ajax Amsterdam. Setelah itu dia baru menimba pengalaman dengan bermain di klub-klub Prancis, Amerika Serikat dan Swedia.
Kemudian setelah pensiun sebagai pemain, dia mencoba meneruskan karirnya di dunia bola dengan menjadi pelatih. Karir pelatihnya dimulai di Swedia. Tercatat dia pernah menjadi pelatih dari Hittraps IK, Astorps IK, Kedah FA, Tanjong Pagar FC, Home United FC, Korea Selatan U-17, Malaysia U-19 dan Sarawak FA, sebelum akhirnya menjadi pelatih Arema di tahun 2009.
Pada 2007 saat Robert menjadi pelatih tim Nasional Malaysia U-19, dia membawa timnya berlaga dalam ajang 2007 Champions Youth Cup yang juga diikuti wakil tim U-19 dari klub elit Eropa seperti Chelsea dan Barcelona.
Robert pernah menjadi direktur pelatih di Korea Selatan pada tahun 2002. Kemudian dia menjadi pelatih Timnas U-17 Korsel hingga 2004. Kemampuannya semakin terasah saat pada tahun 2005-2008, Robert diangkat menjadi direktur teknik FAM (PSSI milik Malaysia).
Catatan melatih klubnya yang paling mentereng adalah saat melatih klub di Malaysia dan Singapura. Robert membawa timnya mencatatkan rekor tidak terkalahkan. Sarawak, tim liga Malaysia yang juga nyaris bangkrut, dia bawa menjadi juara liga tiga tahun berturut-turut. Dalam 4 musimnya melatih di Liga Malaysia dan 6 musim di Liga Singapura, Robert mempersembahkan semua gelar yang ada di Malaysia dan Singapura.
Dia kemudian melanjutkan karirnya di Indonesia pada tahun 2009. Robert terlebih dulu mendapat tawaran melatih Persija. Kebetulan saat itu Persija memang akan dilebur dengan Persitara. Tetapi karena akhirnya proses merger itu gagal, dia pun juga batal melatih Persija.
Kemudian Robert ditawari melatih klub andalan Surabaya, Persebaya. Tetapi dia merasa tidak cocok baginya. Akhirnya dia pun mempertimbangkan tawaran dari Malang. Saat berada di Jakarta, Robert diminta untuk menyelamatkan Arema.
Melalui Ketua Yayasan Arema Malang, Muhammad Nur, mengabarkan jika timnya resmi memilih pelatih asal Belanda, Robert Rene Alberts untuk Liga Super Indonesia musim 2009/2010.
Sebelumnya nama-nama seperti Yudi Suryata, Sartono Anwar, Suharno, Gusnul Yakin, Rudy Keltjes, dan Ivan Kolev sempat menghiasi bursa pelatih tim berjuluk "Singo Edan" itu.
Akhirnya Robert resmi menjadi pelatih Arema pada tanggal 22 Agustus 2009. Hal itu diumumkan sendiri oleh Ketua Yayasan Arema Malang, Muhammad Nur. Manajemen memutuskan untuk memilihnya usai ia menyampaikan visi dan misinya. Dia pun sukses menyisihkan nama-nama seperti Yudi Suryata, Sartono Anwar, Suharno, Gusnul Yakin, Rudy Keltjes, dan Ivan Kolev sempat menghiasi bursa pelatih tim berjuluk Singo Edan itu.
Arema merasa begitu yakin menunjuk Robert, karena dia telah memiliki lisensi UEFA dan AFC yang membuatnya lolos kualifikasi sebagai pelatih timnas dan klub profesional di Eropa dan Asia. Robert juga dikenal sebagai pelatih spesialis membina pemain muda dan sesuai dengan rencana Arema musim 2009-2010 yang ingin mengorbitkan pemain muda dan pemain lokal.
Robert tiba di Malang pada 27 Agustus 2009, dan satu hari kemudian, Arema akan menyelesaikan verifikasi ke PT Liga Indonesia.
Coach Robert, begitu dia biasa dipanggil, mengungkapkan tekad yang dipegangnya ketika pertama kali memutuskan menangani Singo Edan yang sudah terpuruk. Dia menekankan agar Arema jangan sampai jatuh.
Arema mengakhiri musim 2008-2009 pada posisi ke 10 di klasemen Liga Super Indonesia. Robert pun harus menangani tim warisan dari pelatih Arema sebelumnya, Gusnul Yakin. Di depan matanya saat itu, Arema masih jauh dari ideal.
Dia juga dipusingkan dengan banyaknya pemain gelandang, padahal pada formasi yang diinginkannya membutuhkan jumlah striker yang lebi banyak lagi. Tetapi melihat kondisi klub, Robert sadar tidak bisa memaksakan kehendak idealnya, apalagi saat itu awal musim 2009-2010 sudah dua pekan lagi dimulai. Tidak ada cara lain lagi, dia pun mencoba sebuah tim yang solid dari pemain-pemain yang ada.
Untuk mewujudkan tekad sulitnya itu, Robert membutuhkan asisten pelatih yang mampu berbahasa Inggris agar semua instruksinya bisa sampai dengan baik ke para pemain. Dan Liestiadi menjadi jawaban dari permintaannya itu.
Robert mengaku sempat ragu melihat materi pemain Arema, yang dominan pemain muda dan masih miskin jam terbang. Karena itu dia segera mendatangkan Noh Alam Shah, M Ridhuan, dan Pierre Njanka yang sudah dikenalnya dengan baik.
Kebangkitan yang ditunggunya pun muncul saat menghadapi Persija di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen. Tim bertabur bintang itu pun mereka kalahkan 1-0. Sebelum pertandingan dia memberikan satu motivasi khusus, dia meyakinkan para pemainnya kalau mereka bisa mengalahkan tim terbaik sekali pun.
Masalah finansial pada awal musim, karena Bentoel menarik diri sebagai sponsor utama mereka, ternyata tidak menghalangi laju prestasi Arema. Sejak menjadi juara paruh musim, posisi puncak terus tak tergoyahkan hingga mereka dipastikan menjadi juara liga.
Selama menjadi pelatih, Robert sangat terkesan dengan Arema. Sebab Arema begitu dipuja-puja di dalam maupun di luar lapangan.
Robert yang menguasai Bahasa Belanda, Bahasa Swedia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, dan sedikit Bahasa Indonesia itu punya satu klausal khusus di kontraknya, yaitu Arema akan bersedia melepasnya kalau sewaktu-waktu dia berniat melatih tim nasional.
Robert juga mengaku prestasinya membawa Arema duduk di puncak klasemen membuat empat tim liga super yang menawarinya menjadi pelatih, namun dia memilih tetap setia melatih Arema. Dan kesetiaannya itu terbayar tuntas ketika Arema menjadi juara Liga Super Indonesia 2009/2010.
Selamat Arema! Selamat Coach Robert!
Sumber: http://www.bola.net
0 komentar:
Posting Komentar